Air merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan manusia, karenanya mengonsumsi air yang bersih menjadi faktor keharusan tersendiri. Lalu bagaimana cara mengetahui suatu air bersih atau tidak?
Tidak semua daerah di Indonesia terutama di Jakarta memiliki kualitas air yang baik, padahal air digunakan untuk berbagai macam kegiatan dan salah satunya untuk minum. Karena itu kebersihan air yang diminum akan mempengaruhi kesehatan seseorang.
"Secara visual masyarakat bsia mengetahui apakah air yang dikonsumsinya layak atau tidak, baik dari mikroorganisme atau dari senyawa-senyawa kimia seperti logam berat," ujar Dr R Budi Haryanto, SKM, MKes, MSc dalam acara Unilever Pureit: Teknologi Pemurni Air Siap Minum Terlindung dari Kuman berbahaya Penyebab Penyakit di Planet Hollywood, Jakarta, Selasa (19/10/2010).
Untuk mengetahuinya Budi menyarankan masyarakat untuk mengambil air lalu dilihat kejernihannya, menciumnya untuk tahu apakah berbau atau tidak dan menjilatnya untuk mengetahui berasa atau tidak. Air yang layak seharusnya berwarna jernih, tidak berbau dan tidak memiliki rasa.
Sedangkan untuk senyawa-senyawa kimia seperti logam berat biasanya akan kelihatan dan berbau. Misalnya untuk logam Fe (besi) atau mangan, begitu air tersebut ditampung akan terlihat seperti ada lapisan kaca atau minyak di aatsnya. Jika didiamkan beberapa lama akan timbul endapan coklat di pinggiran ember atau panci. Tapi untuk senyawa kimia seperti Arsen umumnya tidak berwarna.
Air yang digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan sehari-hari dan juga air minum juga berbeda-beda, ada yang menggunakan air tanah dangkal atau dalam serta air PAM.
"Air tanah yang digunakan oleh masyarakat di Jakarta umumnya dangkal, padahal semakin rendah kedalamannya maka kualitasnya semakin tidak bagus. Hal ini karena tanah dan geologinya masih labil serta memungkinkan terjadinya kontaminasi dengan permukaan tanah," ujar pakar kesehatan lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini.
Sedangkan untuk air PAM bahan baku yang digunakan biasanya berasal dari air sungai. Seperti diketahui beban air sungai saat ini cukup berat karena dari hulunya sudah tercemar oleh limbah rumah tangga, industri dan pestisida hutan, sehingga kinerja penyaringannya pun makin berat.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Unilever yang bekerja sama dengan Sucofindo pada tahun 2009 di 300 sumber air tanah di wilayah Jabodetabek dan Bandung didapatkan hasil 48 persen air tanah di Jabodetabek dan Bandung mengandung bakteri coliform, dan 50 persen air tanah memiliki tingkat pH yang rendah dan diluar ambang batas wajar.
"Bakteri, virus, protozoa yang mengkontaminasi air bisa menimbulkan penyakit yang sebagian besar berhubungan dengan perut seperti diare. Sedangkan senyawa kimia yang terdapat di dalam air seperti zat besi, mangan atau timbal akan menimbulkan penyakit kronis atau jangka panjang seperti kerusakan ginjal, menurunkan IQ, anemia hingga gangguan reproduksi," ungkapnya.
Budi menuturkan senyawa-senyawa kimia ini umumnya memiliki target organ yang berbeda-beda, ada yang di ginjal, tulang atau sistem saraf pusat. Karenanya pencemaran senyawa kimia ini umumnya baru akan terlihat setelah jangka waktu yang panjang. Sedangkan untuk pencemaran bakteri umumnya terlihat dalam jangka waktu pendek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar