Sabtu, 11 Juni 2011

Tips Agar Tulang Kuat di Hari Tua



Berbicara tentang kesehatan tulang kerap kali membahas kerapuhan tulang pada orang lanjut usia. Kesehatan tulang di masa anak dan remaja kadang terlupakan. Padahal, masa depan tulang kita sebetulnya justru ditentukan pada masa-masa tersebut.

Mengonsumsi salah satu unsur pembentuk tulang yang penting, yaitu kalsium, ibarat membuka deposito. Kita menyimpannya sejak masa kanak-kanak dan remaja sebagai jaminan di hari tua. Maka, sebelum menyesal, tabunglah kalsium sejak dini.

Kerapuhan tulang dan kesakitan yang ditimbulkan merupakan persoalan besar di negeri ini. Kementerian Kesehatan mencatat, prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) di Indonesia sebesar 41,7 persen. Hal itu berarti dua dari lima penduduk Indonesia berisiko terkena osteoporosis.

Angka itu lebih besar dari prevalensi dunia, yakni satu dari tiga orang berisiko osteoporosis.

Osteoporosis merupakan penyakit sistematik rendahnya massa tulang dan kemerosotan bangunan mikro jaringan tulang, yang ditandai antara lain dengan kerapuhan, kerentanan, hingga keretakan.

Osteoporosis merupakan gangguan metabolisme tulang yang umum pada orang dewasa. Belakangan, terdapat banyak penelitian yang memandang akar persoalan osteoporosis terdapat pada masa anak-anak. Tulang bertumbuh dan mencapai puncaknya saat dewasa.

Masa kanak-kanak merupakan masa penting pembangunan tulang. Sebesar 45 persen pertumbuhan massa tulang terjadi pada usia 0-10 tahun. Pada masa itu, tulang tumbuh memanjang. Ketika remaja, sekitar 45 persen massa tulang dewasa terbentuk sampai dengan sebelum usia 18 tahun.

”Saat dewasa, pembangunan massa tulang berlanjut sampai usia 30-an tahun” ujar dokter spesialis ortopedi dan traumatologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Lukman Shebubakar, dalam acara media workshop bertajuk ”Pentingnya Penuhi Asupan Kalsium pada Usia Sekolah untuk Optimalkan Pertumbuhan Anak” beberapa waktu lalu.

Untuk laki-laki, masa pembangunan tulangnya lebih lama. Sementara rentang waktu pertumbuhan tulang pada perempuan lebih cepat.

Sebaliknya, pada usia tua terjadi pelepasan tulang yang kecepatannya melampaui kecepatan produksi tulang. Cepatnya kehilangan tulang dipengaruhi jenis kelamin, gaya hidup, genetik, dan status hormon.

Pada perempuan yang melahirkan dan menopause, pelepasan tulang lebih banyak terjadi. Perempuan mulai kehilangan kalsium dari tulang mereka mulai sekitar usia 40 tahun dan laki-laki mulai umur 60 tahun.

Pembangun utama

Pencegahan utama terhadap osteoporosis adalah membangun kepadatan maksimum tulang selama masa kanak-kanak dan remaja. Pertumbuhan tulang dipengaruhi oleh jumlah kalsium, fosfor, dan vitamin, khususnya vitamin D yang terlibat dalam penyerapan kalsium. Faktor lainnya adalah keseimbangan hormon.

Kalsium merupakan mineral utama pembentuk tulang. Mineral itu juga mengatur kontraksi dan relaksasi otot, terlibat dalam transmisi saraf, membantu penggumpalan darah, serta mengatur hormon-hormon dalam tubuh dan faktor pertumbuhan. Jumlah kalsium sekitar 2 persen dari berat badan. Sebesar 99 persen tersimpan di tulang dan 1 persen di dalam cairan tubuh.

Ketika terjadi kekurangan kalsium, tubuh akan mengambilnya dari tulang. ”Setiap hari kita sudah pasti kehilangan kalsium sebanyak 170 mg yang hilang dalam proses sekresi melalui keringat dan urine. Kekurangan asupan kalsium di usia anak, remaja, dan dewasa baru akan dirasakan setelah memasuki usia tua” ujar Lukman.

Kepala Seksi Standardisasi Bina Konsumsi Makanan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan sekaligus pakar gizi, Iip Syaiful, mengatakan, angka kecukupan gizi yang ditetapkan Kementerian Kesehatan untuk anak usia 7-9 tahun adalah 600 mg kalsium per hari dan untuk anak usia 10-12 tahun meningkat menjadi 1.000 mg per hari. Kebutuhan itu meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan usia 4-6 tahun, yakni 500 mg kalsium per hari.

Persoalannya, dia mengatakan, salah satu masalah gizi pada anak usia sekolah adalah defisiensi zat-zat tertentu, termasuk kalsium.

Ketika memasuki usia enam tahun, anak mulai ingin menunjukkan kemampuannya menentukan pilihan atas makanan dan melihat banyaknya pilihan makanan di luar rumah. Anak mulai tidak mudah lagi diatur. Susu juga mulai jarang dikonsumsi.

Penyerapan kalsium juga menjadi permasalahan ketika terjadi defisiensi berbagai zat lain. Dia mencontohkan, kekurangan vitamin D dalam bentuk aktif dapat memengaruhi penyerapan kalsium. Asam oksalat dan asam fitat juga dapat menghambat penyerapan kalsium.

Konsumsi protein berlebihan juga menyebabkan kalsium mudah dikeluarkan melalui urine. Begitu juga stres mental dan fisik mengurangi penyerapan mineral itu. ”Pada dasarnya, setiap jenis makanan mempunyai peranan dalam menyeimbangkan masukan zat gizi sehari-hari. Konsumsi makanan sebaiknya beragam” tutur Iip.

Guna meningkatkan kesehatan tulang, aktivitas tubuh anak juga harus diperhatikan. Sayangnya, pergerakan anak juga semakin terbatas, terutama di kota-kota besar. Anak lebih banyak beraktivitas di dalam rumah dan kurang aktif. Padahal, latihan berpengaruh terhadap pembangunan tulang.

Lukman mengatakan, beberapa latihan untuk memperkuat tulang yang paling sederhana ialah berjalan, joging, naik tangga, dan lompat tali. Olahraga permainan, seperti tenis, basket, sepak bola, dan bola voli, juga baik bagi tulang. Lama latihan sekitar 30 menit dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam satu minggu. Bagi anak-anak, latihan itu dapat disesuaikan dengan kebiasaan anak bermain. Selamat bermain sembari menabung kalsium.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar