Selasa, 17 Mei 2011

Gas Karbondioksida Bisa Mengecilkan Jaringan Lemak

karbon

Suntikan gas karbondioksida (carboxytherapy) ke dalam tubuh bisa membuat sel-sel lemak menyusut dan berat badan bisa turun. Jaringan lemak di paha dan perut bisa susut 2-3 cm setelah ikut terapi ini.

Dalam studi terkini, para ilmuwan dari University of Siena, Italia mencoba menyuntikkan gas karbondioksida kepada 48 wanita yang memiliki kelebihan lemak terutama pada bagian paha dan perut. Setelah disuntik, ternyata rata-rata partisipan mengalami penyusutan di paha sebanyak 2 cm dan di perut sebesar 3 cm.

Teknik menyuntikkan gas karbondioksida atau yang dikenal dengan carboxytherapy ini sebenarnya sudah banyak digunakan di beberapa tempat kecantikan untuk menghilangkan selulit. Teknik ini sempat memicu kontroversi karena seorang wanita di Amerika pernah meninggal dunia karena melakukan terapi tersebut.

Namun para peneliti mengatakan bahwa karbondioksida (CO2) adalah gas yang alami dan tidak beracun karena diproduksi oleh sel tubuh manusia sendiri. Hanya dalam beberapa menit, terapi dengan karbondioksida ini dilaporkan bisa mengecilkan jaringan lemak.

Mekanismenya adalah sebagai berikut, sebuah jarum suntik yang berisi gas karbondioksida ditusukkan pada bagian permukaan kulit. Gas karbondioksida kemudian akan berdifusi ke dalam pembuluh darah dan jaringan di sekitarnya.

Pembuluh darah kemudian akan melebar yang akhirnya membuat aliran darah lebih kuat dan lancar. Semakin lancar aliran darah artinya semakin banyak oksigen dan nutrien yang masuk ke dalam tubuh. Dan semakin banyak oksigen, semakin banyak pula karbondioksida yang bisa membunuh sel-sel lemak.

Meski bisa mengecilkan ukuran tubuh namun terapi itu tidak bersifat permanen dan tidak bisa menurunkan risiko tidak sehat lainnya yang muncul dari berat badan berlebih.

"Injeksi karbondioksida bisa saja mengurangi lemak di bawah permukaan kulit tapi tidak bisa mengatasi lemak dalam perut yang merupakan penyebab utama penyakit diabetes, jantung dan lainya," kata Nick Finer dari University College London seperti dikutip dari That's Fit, Kamis (31/12/2009).(detikhealth)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar